dakwatuna.com – Sumbar. Acara Penutupan Peringatan Hari Pangan Sedunia yang ke 33 ditutup oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia, Ir. H. Suswono, MMA, di Arena HPS 2013, Minggu (3/11). Hadir dalam kesempatan itu Gubernur Irwan Prayitno, Wakil Gubernur Muslim Kasim, Forkopinda Sumbar, Bupati/Walikota , beberapa pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian RI, serta Kepala SKPD dilingkungan Pemprov Sumbar.
Menteri Suswono menyampaikan pelaksanaan HPS 2013 di Sumatera Barat berjalan sukses serta mendapat apresiasi oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhono. Kegiatan peringatan HPS yang didelenggarakan setiap tahunnya akan digilir antar provinsi dan antar pulau. Maka untuk tahun depan kita masih menunggu daerah mana yang bersedia yang nantinya akan dibahas oleh kawan-kawan di kementerian pertanian.
Jika pada tahun 2012, peringatan HPS difokuskan peningkatan produksi, di tahun 2013 ini lebih bagaimana versifikasi pangan yang menyangkut kepada pola konsumsi. Indonesia, dengan anugerah di daerah tropis, di mana matahari bersinar tiap hari, memiliki sumber daya alam yang subur, oleh karena itu, berbagai ragam hayati ada di negara ini.
Di samping setiap daerah mempunyai sumber daya pangan lokal, kalau didayagunakan secara baik, tentunya Indonesia tidak akan kekurangan pangan. Untuk itu, diharapkan kepada masyarakat agar tidak berpikir kalau pangan pokok itu beras saja, namun masih bayak keanekaragaman pangan pokok yang ada,” terang Menteri Pertanian, Suwono.
Suswono juga menyampaikan, “Setelah ini mari kita gerakan ‘Aksi Ketahanan Pangan Bukit Tingi’ sebagai budaya kita. Kalau ini dimulai dari pimpinan daerah dengan memulai dengan diri sendiri, dengan mengampanyekan secara intensif. Diharapkan intensifikasi pangan tidak hanya beralih dari karbohidrat yang satu dengan yang lain, dari beras ke non-beras. Tentunya Intensifikasi ditunjang dengan meningkatkan pangan sayur dan buhah-buahan, juga protein hewani dan batani, agar generasi mendatang lahir menjadi generasi yang cerdas.
Peringatan HPS ke 33 , memang Istimewa selain dibuka oleh Presiden tanggal 31 Oktober, yang ditandai sebelumnya dengan rapat kabinet terbatas yang diadakan di Bukit Tinggi. Rapat yang dihadiri Gubernur, menteri, serta kalangan dunia usaha. Karena ini merupakan prioritas dari pembangunan nasional sebagai upaya terkait pencapaian swasembada lima komuditi, yakni beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi,” tambahnya.
Presiden Republik Indonesia ketika mengunjungi pengembangan ternak Padang Mengatas menyampaikan, pangan kita harus cukup jika pangan itu tidak bersumber dari impor lagi. Dan FAO juga sudah berikan peringatan bagi negara-negara di dunia, khususnya negara yang menjadi anggotanya, agar memerkuat ketahanan pangannya masing-masing, dan Indonesia telah mampu berbuat untuk itu.
Kita bangga dan senang, gelar teknologi yang kita lakukan pada HPS 2013 di Sumatera Barat mendapat kunjungan 5000 orang setiap harinya. Ini sebagai salah satu contoh menfaatkan perkarangan rumah tempat tinggal, sesempit apapaun pekarangan, jika didayagunakan dengan baik, maka bisa memperkuat ketahanan pangan berbasis rumah tangga.
Pekarangan sudah sempit, maka bisa dilakukan pertanian di atas rumah, karena kuncinya matahari terbit, namun Sumbar belum perlu melakukan itu karena masih banyak lahan yang luas. Hasil kajian ekonomi dengan rumah pangan lestari, bisa menghemat pengeluaran keluarga dari Rp 150 ribu hingga Rp 800 ribu perbulan. Dengan lahan yang kecil, bisa menambah penghasilan hingga Rp 1.500.000,-.
Dengan potensi pekarangan di Indonesia, mencapai 10 juta hektar. Ini cukup menantang untuk terus kita dayagunakan, PKRPL pun akan terus kita galakan, Sekarang ada 12 ribu desa yang sudah memanfaatkan pekarangan ini untuk model ketahanan pangan berbasis rumah tangga,” ulasnya.
Menteri juga mengingat masalah pangan ini cukup kompleks, menyangkup aspek rantai distribusi, pemasaran, dan juga harga. Petani kita masih keluhkan harga yang tidak stabil sehingga tidak menikmati penghasilannya dengan baik. Kepala daerah, Bupati dan Walikota harus turus membantu dalam memasarkan hasil produk pertaniannya, jangan dikecewakan dengan harga yang murah. Tentunya Dinas Perdagangan setempat perlu mendukung petani.
Di Bantul, pemerintah daerah menyisihkan APBD Rp 5 miliar untuk menanggulangi harga bawang merah dan cabe jatuh. Jadi melalui BUMD jika harga jatuh, dibeli oleh Pemda. “Ini hanya untuk menggertak pedagang, agar petani tidak dipermainkan pedagang,” jelasnya lagi.
“Harapan kita, kontribusi pemangku kepentingan, termasuk petani dan nelayan, terus bekerja keras, dan tentu tidak kalah penting peran dari pemerintah daerah untuk memerhatikan nasib mereka. Akses terhadap lahan ini harus terus ditambah untuk para petani.
Kita berterima kasih kepada petani yang telah bekerja keras untuk memberikan pangan untuk masyarakat Indonesia. Bahkan Indonesia mendapat penghargaan dari FAO,telah mampu mengurangi kelaparan. Memercepat target MD gis 2 tahun lebih cepat,” terangnya.
Sementara itu Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menambahkan, kita termasuk daerah untuk membantu surplus swasembada beras, dari 12 Provinsi kita punya target 10 juta ton itu, 826 ribu ton untuk tahun 2014. Di tahun 2012 kita sudah mencapai 698 ribu ton, dengan pertumbuhan lebih dari 5 persen kab/kota itu akan tercapai kuota lebih dari 10 ribu ton seluruh indonesia.
Jika harga pertanian turun, ada mekanisme yang dibuat dari pusat dari 9 bahan pokok, temasuk juga bulog sudah menyediakan. Kita juga sudah ada stok 2 ribu ton dan juga kita lakukan operasi pasar untuk menjaga harga agar stabil. Beberapa yang kita beli untuk bahan pokok,seperti beras yang kita lempar ke pasar, sehubungan dengan himbauan Menteri tadi, nanti akan kita lanjutkan,” terangnya.
Sementara itu, dari lima komuditi, yakni beras, jagung, kedelai, gula, dan daging, Sumbar hanya penuhi tiga bahan pokok yang swasembada. Hal tersebut dikarenakan kondisi iklim dan lahan yang berada di garis khatulistiwa, sehingga tidak memungkinkan produksi tanaman kedele.
Dari lima komuditi pangan, tiga komoditi pangan Sumbar yang sudah swasembada adalah beras, jagung, dan daging, sementara untuk dua komuditi lain, kedele dan gula, belum sangup untuk swasembada,” ungkapnya.
Acara Peringatan HPS 2013 di Sumbar juga disemarakan oleh berbagai lomba tentang ketahan pangan antar kabupaten kota se-Sumatera Barat. (ded/dakwatuna)
Redaktur: Deddy S
Beri Nilai: