dakwatuna.com – Jakarta. Terbentuknya koalisi partai-partai berbasis Islam semakin kuat disuarakan. PAN, sebagai partai yang lahir dari kalangan Islamis, menilai ide ini menarik, namun fakta berbicara lain.
“Kegagalan partai berbasis Islam, tokoh yang diusung selalu gagal. Kita memang tidak pernah mencapai konsensus untuk mengusung figur sentral umat Islam,” kata Ketua DPP PAN Teguh Juwarno saat dihubungi, Rabu (2/9/2013).
PAN memandang koalisi yang bersandar pada label semata, termasuk label Islam, akan berujung pada jalan buntu. Karena faktanya, masyarakat tak mempertimbangkan persoalan politik hanya pada label Islam semata.
“Walaupun Islam itu mayoritas, tetapi parpol berbaju Islam tidak ada suara signifikan dalam pemilu. Pada akhirnya, masyarakat lebih menilai kinerja partai itu sendiri,” tutur Teguh.
Teguh pribadi tidak setuju dengan dikotomi partai Islam dan non Islam. Sekalipun partai Islam bersatu, tapi jika tidak ada figur ‘seksi’ di mata publik, maka koalisi tak akan membawa hasil yang diharapkan.
“Ide itu harus diuji lah,” pungkasnya.
PPP mendorong terbentuknya koalisi partai berbasis Islam. Koalisi partai berbasis Islam dinilai cukup strategis saat ini.
“Mengingat kebutuhan koalisi dalam rangka persyaratan pencalonan presiden 2014, majelis-majelis bersepakat agar DPP PPP mengambil prakarsa untuk mengintensifkan silaturahim di antara sesama partai politik berbasis Islam,” kata Sekjen PPP M Romahurmuziy, Senin (30/9/2013).
Sementara dari kalangan internal PPP sendiri, suara yang mendukung agar ketua umum Suryadharma Ali di usung sebagai capres semakin menguat. (dtk/sbb/dakwatuna)