dakwatuna.com
Aku yang terhenti di sebuah detik
Kembali bertanya, sudah sampai di mana kisah itu?
Aku enggan menghitung lagi hari dari hari itu
Aku memilih diam dan mungkin engkau pun sama
Lelaki yang seakan telah usai kerjanya sebagai inisiator
Malu, mungkin menjadi akhlakmu dan akhlakku sekarang
Namun dedaunan tetap berujar tentang hijaunya
Dan langit tetap berwajah dua
Ketidakjelasan sudah bukan lagi milik kita
Namun milik hati yang sedang terletih memanggil senja
Kelam hanya milik mereka yang pergi dari sinar harapan
Setelah ini aku hanya mau mencela jiwaku
Biarkan gelap sementara mendekap piker
Kau pun telah punya jalur daki menuju puncak senyum
Yang ku punya hanya senyum yang enggan ku bagi
Kecuali untuk yang siap menangis bersamaku
Manis dan sayangku, kau ada dan tiada
Bersama angin pagi ini bersamaku di lereng gunung tertinggi di pulau kita
Pulau kerahasiaan