dakwatuna.com – Kairo. Menteri urusan peninggalan bersejarah Mesir, Dr. Muhammad Ibrahim menyebutkan bahwa kondisi Mesir yang kacau telah berpengaruh besar terhadap income kementeriannya. Menurutnya, income bulan Agustus ini hanya 3 juta Pounds, sedangkan dana yang harus dikeluarkan untuk menggaji pegawai mencapai 56 juta Pounds. Seperti diberitakan kantor berita Lail Nahar, Selasa (10/9/2013) kemarin.
Keterangan menteri ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata yang termasuk tulang punggung ekonomi Mesir telah mengalami krisis parah, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Padahal Mesir sangat mengandalkan sektor pariwisata, terutama situs-situs peninggalan bersejarah Mesir Kuno.
Krisis pariwisata ini misalnya terjadi di tempat ibadah Mesir Kuno di Abu Simbel. Pada hari Sabtu, 31 Agustus kemarin Abu Simbel hanya dikunjungi satu orang wisatawan. Padahal objek wisata sejarah ini termasuk primadona wisatawan asing. Pada hari-hari biasa selalu dipadati pengunjung. Bahkan ketika terjadi aksi terorisme di Luxor beberapa tahun yang silam, Abu Simbel masih dikunjungi ribuan turis.
Ketika dikunjungi satu orang akhir bulan lalu, Abu Simbel ditunggui ratusan orang yang siap melayani, mulai dari keamanan, guide, pemilik bazar, dan lainnya. Biasanya ribuan pounds masuk brankas loket, hari itu negara hanya mendapatkan income 4.5 pound, atau sekitar 7 ribu rupiah. (msa/dakwatuna/tswela/youm7)