Tulisan ini berisi kesaksian Robert Fisk atas pembantaian militer yang terjadi pada tanggal 16 Agustus di Ramses. Berikut beberapa ringkasannya:
- Sungguh memalukan, kita menyaksikan babak terburuk dalam sejarah Mesir. Para polisi menembaki demonstran dari atas gedung-gedung sekeliling Bundaran Ramses.
- Untuk mengetahui kejahatan mereka, cukuplah engkau datang ke masjid Al-Fath, dan bukalah kain-kain kafan. Engkau akan melihat jenazah yang tertembak di wajahnya, kepalanya, dadanya. Kita benar-benar sedang menyaksikan pembantaian.
- Di Masjid Al-Fath aku berhenti menghitung mayat hingga angka 50 saja.
- Sebelum datang ke Ramses, aku berada di Rab’ah yang baru mengalami pembantaian hari Rabu. Salah seorang perwira berkata kepadaku, “Kami hanya melaksanakan tugas, militer mengawasi kami dari jauh.”
- Di Ramses, kendaraan-kendaraan lapis baja berada sekitar satu mil dari tempat pembantaian. Polisi menembaki demonstran selama dua jam. Kebanyakan orang berlari menuju masjid Al-Fath.
- Saya tidak yakin polisi menembak dengan sembarangan. Mereka memang diinstruksikan untuk membunuhi demonstran.
- Di salah satu kota terbesar dunia, masih ada kasus polisi menembaki ribuan dengan niat membunuhi mereka. Padahal tugas polisi adalah melindungi rakyat.
- Helikopter terbang sangat rendah, di antaranya membawa juru kamera untuk mencari dan merekam kalau ada demonstran yang bersenjata.
- Aku dikejutkan dengan seorang laki-laki diangkat oleh beberapa orang. Wajahnya sudah berlumuran darah. Sambil memandang para dokter yang sedang menolongnya, dia berkata “Allahu Akbar”. Tak lama kemudian meninggal dunia.
- Inilah Mesir, dua setengah tahun setelah revolusi. Seharusnya rakyat saat ini lebih menikmati kebebasan, keadilan, dan kemuliaan. Tapi apa yang terjadi? Kita lupakan saja mimpi demokrasi. (msa/dkw)
Redaktur: M Sofwan
Beri Nilai: