Beragam metode digunakan untuk meredupkan cahaya Islam. mulai dari mengubah nama-nama ilmuwan Islam seolah-olah berasal dari dunia barat, seperti Ibnu Sina menjadi Avicenna, Ibnu Haitham menjadi Alhazen, Ar Razi menjadi Razhes, Jabir Ibnu Hayyan menjadi Gebert, Abul Qasim menjadi Abulcasis dan lain-lain. cara lainnya disebutkan dalam sejarah bahwa perpustakaan Islam yang begitu mahsyur dibakar dan buku-bukunya dibuang ke laut pada saat perang salib.
Semua itu dilakukan agar cahaya Islam redup bahkan padam. namun tetap saja, kegemilangan Islam tak mampu terbendung. sebut saja Muhammad Al -Fatih yang mampu menaklukan Konstantinopel yang pada saat itu dikuasai oleh Romawi sang negara adidaya. kemudian fakta tersebut coba diredam kembali agar sinarnya tidak menyilaukan dengan memelintir sejarah dan fitnah yang keji bahwa Muhammad Al -Fatih disebutkan gila kekuasaan. usaha-usaha itu tidak pernah menunjukan kelelahannya ataupun terdapat gejala penghentiannya sampai saat ini. dan Alloh pun tidak pernah tinggal diam.
“Mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembuat makar.” [Ali Imran : 54]
“Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir itu) me-rencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun merencanakan tipu daya pula, dengan sebenar-benarnya
.” [Ath-Thariq : 15-16]“Dan Dia-lah Dzat Yang Maha keras tipu daya-Nya.” [Ar-Ra’d : 13]
Berlian yang jutaan kali coba diredupkan ini, Alloh lindungi agar cahayanya tetap bersinar, agar orisinalitasnya tetap terjaga, agar keindahannya tidak akan pudar. namun kemudian, bagaimana dengan sikap para hamba-Nya? akankah menjadi salah satu sinarnya ataukah hanya menjadi butiran debu yang menutupi keelokan berlian itu?
faktanya, berbagai hantaman bukan hanya dari sisi eksternal, namun internal pun menjadi faktor utama terhadap kejayaan Islam. orang-orang Muslim dewasa ini justru menjadi butiran-butiran debu yang menutupi kegemilangan Islam. bukan menjadi salah satu sinar yang semakin memperindah. keindahan Islam tertutupi oleh butiran-butiran debu yang bisa jadi tidak disadari oleh umat Muslim itu sendiri. kemaksiatan-kemaksiatan tanpa taubat yang dilakukan para pemeluk Islam, akan mentransformasi dirinya menjadi butiran debu atau bahkan gumpalan kotoran diatas permukaan berlian yang pada hakikatnya berharga.
Tidak heran jika generasi Islam saat ini dengan berbisik berkata “i am proud to be Muslim” atau bahkan malu terhadap identitas sebagai Muslim. menggubah sejarah yang dilakukan oleh musuh Alloh jangan menjadi kambing hitam atas redupnya cahaya Islam dimata dunia. karena sejatinya semua itu sudah menjadi sunnatulloh. faktor kepribadian setiap Muslim adalah kuncinya. kepribadian Muslim lah yang seyogianya menjadi obat untuk menyembuhkan citra Islam. janganlah menjadi butiran debu yang menutupi, namum jadilah tetesan-tetesan hujan yang membasahi dan menyucikan.
Konten ini telah dimodifikasi pada 05/07/13 | 17:58 17:58