Data itu juga menunjukkan bahwa 5.000 warga Suriah tewas setiap bulan sejak pertempuran pecah pada Juli 2012. Komisioner Tinggi HAM PBB (OHCHR/ High Commissioner for Human Rights) mencatat bahwa lebih daro 80 persen korban tewas adalah laki-laki. Data OHCHR itu juga mencatat bahwa 1.700 di antara korban itu adalah anak di bawah usia 10 tahun.
“Terdapat kasus anak-anak yang disiksa dan di eksekusi, dan seluruh keluarganya dibantai termasuk bayi, yang juga turut disiksa. Hal itu menyebabkan tingginya jumlah korban tewas. Itu menjadi pengingat, bahwa konflik itu menjadi semakin mengerikan,” kata Kepala OHCHR Navi Pillay seperti dikutip laman BBC
, Kamis (13/6/2013).Revisi jumlah kematian ini dikeluarkan sehari setelah PBB melansir sebuah laporan yang menyebut jumlah kematian anak-anak di Suriah menjadi ‘tidak terbendung’. Penelitian ini menyebut pasukan pemerintah dan pemberontak menggunakan anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri. Anak-anak dijadikan ‘tameng manusia’.
Perwakilan Khusus PBB Leila Zerrougui yang memaparkan laporan itu mengatakan, anak-anak di Suriah mungkin menjadi korban paling buruk dalam konflik di dunia. “Mereka dibunuh, menjadi cacat, direkrut, ditahan, dan disiksa,” kata Zerrougui. (yg/lpe))