dakwatuna.com
Syahdan,
Embun memulai kisahnya,
seiring ia menetes perlahan pada daun di bawahnya
Senandung fajar terkesiap
Lingkupi kepulan do’a-do’a dalam hati yang tak surut…
Ku punya kasih padamu
Wahai sang pengasuh doa
Siapa pula tak rindu,
Pada masakannya yang aromanya tercium dari jarak sekian
Siapa tak ingin menciummu
Wahai perempuan yang penuh kelembutan
Tegak dalam aqidah
Engkau panglima dalam sejarah kehidupan
Orang terbesar
Yang hingga detik ini, namanya begitu disanjung
Siapa pula tak cinta engkau
Wahai perempuan yang dalam dadamu murni keberanian itu tumbuh
Yang padamu, cinta murni dapat terjaga hingga pada
Waktu yang tepat
Engkau bersanding mesra dengan orang yang tepat
Wahai perempuan yang padamu kasih tiada habis
Jika hujaman gemintang datang membelahmu
Merobek kelopakmu yang murni
Tiada ragu, kau ciptakan
Damai dengan caramu
Wahai perempuan yang padamu
Keturunan terbaik sirnakan buncah doa-doa yang melangit
Redaktur: Aisyah
Beri Nilai: