dakwatuna.com – Jakarta. Selain tidak mendidik, pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat juga menjadi salah satu bentuk penghinaan kepada masyarakat miskin. Hal tersebut disampaikan oleh Syamsudin Haris, peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“BLT itu malah bisa dianggap sebagai penghinaan kepada rakyat miskin. Anda bisa hitung sendiri nilai uang yang dibagikan, sekali dipakai langsung habis,” ujarnya, Rabu (29/5/2013).
Haris menambahkan seharusnya pemerintah melakukan upaya-upaya yang lebih mendidik untuk dalam memberikan subsidi kepada masyarakat.
“Mestinya ada upaya-upaya yang lebih mendidik, misalkan menciptakan kegiatan yang melibatkan (partisipasi) masyarakat, dengan demikian masyarakat mendapat upah,” tukasnya.
Hal ini sebetulnya juga telah diamini oleh para parpol. Menurut Haris, parpol pada saat ini juga menuntut dana tersebut bukan untuk dibagikan, tapi digunakan untuk pembangunan intfrasutuktur.
“Dengan (pembangunan infrastruktur tersebut) banyak tenaga kerja yang diserap. Kalau (hanya) menunggu (BLT), dari segi pendidikan politik tidak bagus, karena menciptakan ketergantungan, jadi setelah dana BLT habis tinggal nunggu aja,” tambahnya. (sr/ind)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: