dakwatuna.com
ranting yang kering
tanpa dedaunan
angin malam berdesir
hanya gemeretak ranting di peraduan
berdenyit, menyertai hari-hari
dan bergantinya waktu
kumandang adzan telah berbilang
merdu mengalun melukis irama hidup
menegur hembusan nafas
tangkai dan daun yang kering kerontang
namun masih berdiri…. sendiri
sambil berbisik lirih
“Tuhan, aku masih ada!”
seekor camar bertengger di ranting
untuk berteduh
kicaunya menghibur
membentuk melodi cinta dan harapan
berjingkrak, menari, dan bersiul
mengikuti irama alam
seakan menyiratkan
“Sahabatku.., ayo berani hidup!”
ranting retak menumbuh
daunnya hijau
setia menunggu matahari
meski telah banyak camar yang pergi
matahariku…
bilakah bersama angin dan hujan
menemaniku bersemi serta membuat syair kehidupan
agar banyak meneteskan air dari setiap pucuk dedaunan
matahariku…
ajari aku kekuatan
dengan menumbuhkan akar-akar di tempatku berpijak
ajari aku kesetiaan
dengan menanti helai demi helai daun yang tumbuh
dan ajari aku kebahagiaan
dengan mengundang camar-camar
berteduh
merdu…
di setiap tangkai rentaku
serta dedaunan yang tumbuh dihela nafasku
agar aku mengerti
“Indahnya memberi…!”
Redaktur: Lurita Putri Permatasari
Beri Nilai: