dakwatuna.com – Bismillahirrahmaanirrahim.
Segala puji Allah yang telah mengaruniakan kepada kita bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya Allah turunkan banyak kebaikan. Bulan yang di dalamnya diturunkan al Qur’an, bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya adalah itqun minnar (dibebaskan dari api neraka). Ramadhan juga bulan yang di dalamnya ada lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam di mana di dalamnya para malaikat turun untuk menyelesaikan semua urusan. Beruntunglah orang-orang beriman, yang secara khusus diundang oleh Allah untuk memasuki bulan Ramadhan, layaknya diundang ke sebuah istana yang di dalamnya disuguhi dengan berbagai hidangan dan hiasan lezat. Dan sungguh merugilah orang yang telah memasukinya, tetapi dia tidak mengambil hidangan-hidangan lezat yang telah disediakan oleh Allah swt.
Banyak hal menarik dan lezat yang menjadi harapan orang-orang beriman di bulan Ramadhan. Di antara harapan-harapan tersebut adalah:
1. Rahmah atau kasih sayang
Rahmah atau kasih sayang Allah di bulan ramadhan, melimpah ruah dalam berbagai bentuk. Orang-orang beriman, di bulan ramadhan di janjikan oleh Allah swt, lewat lisan Rasulullah, bahwa
“Amalan wajib dilipat gandakan pahalanya sampai 70 kali, dan amalan sunah dibalas/diganjar dengan amalan surga”.
Begitu banyak amal-amal kebaikan yang bisa kita lakukan, untuk mengisi bulan ramadhan, di antaranya shalat tarawih dan shalat sunah yang lain, berinfak, membantu/berbagi kepada sesama, mengajarkan ilmu kepada sesama, tilawah Al-Quran, berdakwah , berkhidmah kepada keluarga, mendidik anak dan sebagainya. Kasih sayang Allah di bulan Ramadhan juga nampak dengan ditambahkannya rezki bagi orang-orang beriman, di bulan ramadhan.
Semangat untuk memberi dan berbagi, secara langsung telah menggerakkan roda ekonomi lebih kencang. Perputaran barang dan jasa sedemikian dinamis, karena orang-orang di motivasi untuk berbagi. Bahan-bahan pangan mentah laris manis di bulan ramadhan, disiapkan oleh keluarga-keluarga Muslim ,sebagai persiapan ifthar/buka puasa, dan untuk sahur, juga disiapkan untuk bisa berbagi bukaan terhadap sesama shoimin, karena adanya motivasi bagi barangsiapa yang memberikan makanan bukaan bagi orang lain, dijanjikan untuk mendapatkan pahala shaum dari orang yang diberikan makanan tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan.
Toko pakaian dan peralatan rumah tangga juga di bulan ramadhan ramai dikunjungi pembeli, hal ini dimotivasi oleh semangat menyambut fitrah dengan pakaian indah, rumah nyaman dan bersih. Demikian juga dengan sektor jasa, mulai dari tukang jahit, percetakan, transportasi, komunikasi dan sebagainya, semuanya terimbas menjadi ramai dan tentunya berkah, dengan kehadiran Ramadhan. Pedagang musiman baik makanan atau pakaian pun banyak bermunculan di bulan ramadhan. Jadi boleh dibilang seluruh sektor perdagangan dan jasa meraup keuntungan dan berkah di bulan ramadhan. Ini hanya beberapa contoh kongkret kasih sayang Allah, tentunya kasih sayang yang lain masih banyak.
2. Maghfirah atau ampunan Allah SWT
Harapan kedua bagi seorang mukmin ketika memasuki bulan ramadhan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Di akhir ramadhan, seorang mukmin akan dijanjikan untuk bersih dari dosa, sebagai mana seorang bayi yang baru lahir, iedul fitri, kembali kepada fitrah.
“Barangsiapa yang shaum di bulan ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Untuk mendapatkan ampunan Allah swt. Maka Allah menyeru kita untuk “bersegera’ dan tidak menunda-menunda dalam melakukan kebaikan. Inilah isyarat yang Allah sampaikan dalam firmanNya di surat Ali Imran 133:
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih. Karena kita tidak tahu kapan umur kita sampai. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, karena waktu kita yang tersedia hanya sedikit, sementara kewajiban kita jauh lebih banyak “al wajibat aktsaru minal auqat“. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, karena kesempatan berikutnya atau esok hari mungkin amanah dan tugas jauh lebih banyak. Jangan menunda melakukan kebaikan dan amal shalih, mumpung badan kita masih sehat.
Orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan, maka berarti dia telah mensyukuri nikmat karunia Allah, maka sesuai janji Allah, akan ditambah nikmatNya, akan diberikan kembali kesempatan untuk berbuat kebaikan dan beramal shalih. Allah akan melimpahkan amanah-amanah kebaikan berikutnya. Jadi bagi seorang mukmin, bicara tentang iedul fitri (kembali kepada fitrah), diampuni dosa-dosa nya, harus sudah ada sejak memasuki ramadhan. Iedul fitri tidak dimaknai semata dengan pakaian baru dan kue makanan berlimpah, iedul fitri fokus pada harapan mendapatkan ampunan/maghfirahNya, sehingga kembali kepada fitrah.
3. Terbebas dari api neraka
Harapan besar lainnya ketika memasuki Ramadhan, adalah bisa terbebas dari api neraka. Jika kita merenungkan firman Allah di dalam surat al A’raf ayat 179, yang maknanya sebagai berikut:
“Dan sungguh akan kami isi neraka jahannam, banyak dari kalangan jin dan manusia…”, bisa diambil pelajaran bahwa secara potensi banyak manusia yang akan masuk ke neraka jahannam.
Maka menjadi demikian penting harapan kita untuk terhindar dari api neraka. Sedemikian pentingnya harapan ini, bahkan untuk urusan makan pun, rasul menghubungkannya dengan harapan dihindarkan dari api neraka. Perhatikanlah doa yang kita baca saat mau makan:
“Ya Allah berkahilah apa yang Engkau rizqikan kepada kami, dan jauhkanlah kami dari api neraka.”
Sepintas tidak terlihat hubungan makan dan neraka, tapi sesungguhnya hubungan keduanya sangat erat. Bukankah Rasul yang mulia telah menyampaikan kepada kita bahwa daging yang tumbuh dari makanan yang haram, tempat yang pas adalah di neraka.
Ramadhan dan makanan pun memiliki hubungan yang erat. Bukanlah di bulan Ramadhan, ibadah shaum yang diperintahkan, salah satunya adalah dengan pengendalian diri dalam urusan makanan. Menahan untuk tidak makan dan minum dan hal-hal lain yang membatalkan shaum, sejak imsak sampai datang waktu berbuka saat Maghrib. Secara riil menahan makan minum, tapi sejatinya adalah menahan dan pengendalian nafsu yang ada dalam diri.
Di sini kita belajar, bahwa “fasilitas untuk terhindar dari api neraka” akan didapatkan bagi siapa saja yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Nafsunya hanya mau tunduk pada apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Tidak membiarkannya menjadi liar dan tumpah. Hal ini akan muncul pada pribadi yang landasan imannya kokoh. Sikap lahir secara sadar, terkontrol oleh iman. Bukan karena tidak “bernafsu”. Nafsunya tetap ada pada dirinya, tapi fungsi pengendalian imannya begitu kuat.
Inilah yang menjadikan manusia-manusia beriman yang muttaqin, bisa lebih tinggi nilainya daripada malaikat. Sebaliknya manusia yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, nilainya akan bisa meluncur jauh, bahkan lebih hina dari binatang.
“Mereka memiliki hati, tapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Dan mereka memiliki mata, tapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Dan mereka memiliki telinga, tapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al A’raf: 179).
Semoga harapan-harapan bisa kita raih dengan sesungguhnya.
Wallahu a’lam bishawab
Konten ini telah dimodifikasi pada 03/08/12 | 00:40 00:40