dakwatuna.com
Ya Rahman…
Malam hampir mencapai penghujungnya. Suara derak dedaunan oleh gesekan pengarak pagi berpadu dengan renyai gerimis yang turun perlahan. Syahdu…
Lara ini…
Aku percaya laa yukallifullah illa wus’ahaa. Tapi mengapa ujianMu demikian pahit terasa? Seperti sungai yang mengering oleh kemarau, seperti daun-daun yang gugur berjatuhan di pangkuan bumi, seperti bunga yang habis masa berseri. Menunduk lesi, tak berdaya tegakkan tangkai.
Ya Jabbaar …
KehendakMu …
Apa yang terjadi semata karena ingin-Mu. Tak dapat tertolak cerita yang t’lah terlukis oleh tinta naskah takdir-Mu, tak terkejar apa yang Kau jauhkan dariku. Tak terhindarkan apa Kau anugerahkan, tak kan lari apa yang Kau gariskan melintari diri.
Ya Mushowwir…
Lukisan …
Hapuskan lukisan lama dalam kanvas buramku. Izinkan kugoreskan hari-hari baru dalam taung temara cahaya Ilahiah-mu. Ragunglah aku dari silaunya nikmat dunia dan biarlah kusambut hadirnya lawamah dari-Mu. Tsabbit quluubanaa ilaikaa al aan, ghodan wa abadan.
Ya Ghofuur….
Air mata….
Seandainya air mata dan pedih ini adalah penghapus dosa, maka ampuni segala khilafku di masa yang telah silam. Bersihkan diriku dari semua noda yang tersisa karenanya. Putihkan jika hitam. Jernihkan jika keruh. Ba’id bainiy wabaina khothoyaya kamaa ba’adta bainal masyriqi wal maghrib.
Ya Qowiyy….
Kuatkan….
Aku masih mampu berdiri meski kakiku bergetar. Aku masih bernafas meski tubuhku berdarah. Aku masih bertahan dengan keping-keping hati yang berserakan. Dalam lemahku, tidak berdayaku, sakitku, aku kembalikan segala-Nya kepada-Mu. Ruahi kalbuku dengan rasa syukur atas nikmat-Mu. Palun aku dan jangan pergi …jangan tinggalkan aku dengan segala urusanku meski hanya sekejap mata….
Rabbanaa….
Tsabbit quluubanaa ‘alal iimaan
Rabbanaa dholamnaa anfusanaa wainlam tahgfirlanaa lanakuunanna minal khoosiriin
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: