dakwatuna.com
Aku tak tahu, aku tak mengerti
Harus apa dan bagaimana
Aku terpejam, aku terjerambab
Oleh emosi jiwa dalam gelapnya hati
Menghilangkan kesadaran sekian lama
Menghilangkan kenikmatan mempunyai keluarga
Tak ingatkan kisah klasik penuh ceria
Suasana keluarga berbagi rasa
Melihat kawan berbunga-bunga
Menyambut datangnya ibunda tercinta
Memberi kecupan manis dan sayang
Pelukan manja ingin di semayamkan
Apa gerangan yang ia rasa
Ku jadi mendambanya
Sangat ingin mencoba dan merasakannya
Kapan tapi ku tak tahu
Ku tak tahu bukan karena tak bisa
Mungkin karena tak biasa
Atau karena matinya rasa
Tumpulnya cinta di keluarga
Ku teteskan air mata seketika
Luluh hatiku melihat memori keindahan dahulu
Membuka kembali potret perjuangan dia
Ibunda tercinta
Masa kecilku nampak bahagia
Selalu di manja dan di bangga-banggakan
Olehnya yang kini ku elakkan
Ibunda tersayang
Ku digendongnya, ku dibelainya
Saat terjatuh, dia membangunkanku
Saat ku menangis, dia memelukku
Ada di saat aku butuhkan, selalu setiap waktu
Namun ku bak Malin Kundang
Tak menurut pada ibunda
Tak jarang memaki di mukanya
Bahkan membuatnya berlinang air mata
Tak hanya sekali dua kali ku tak menurutinya
Membuat kesal karena kenakalan diriku
Membuat cemas karena tak menemukan hadirku di rumah
Membuat marah karena raporku merah
Kian waktu kian sendu
Cerita masa lalu tak lagi berulang
Indah mawar itu tinggal kenangan
Bukan karena ibuku
Karena keangkuhanku
Karena tak mengertinya diriku
Akan kekhawatiran dirinya
Akan pengharapan atas diriku
Sadarku oleh waktu
Ku tertampar bayangan indah sebuah harmoni
Keluarga bahagia, senada dan seirama
Dalam rumah, surga kasih sayang
Beranjakku pergi berlari
Melawan tangis melewati duri
Menendang kerikil hati
Membersihkan jiwa yang kusam
Yang ibuku butuhkan bukan bunga di tangan
Bukan kado yang mahal
Tetapi senyuman berperasaan
Ciuman kerinduan
Ibu, anakmu ingin kembali
Seperti kala ku tak mengerti arti suara
Agar kau kembali selalu di sampingku
Menemaniku bermain, mengajariku berjalan
Ibu, maafkan aku
Dengan segala khilaf dan kealphaanku
Akan manis sebuah lingkaran cinta kita
Ternodai bakti yang tak pernah ada
Belum terlambatkan bu?
Aku tak ingin menyesal
Ketika tak mampu lagi ku melihatmu
Maka kini ku beranikan diri
Ibu, kasih ini bukan hari ini saja
Cinta ini selamanya, sampai ku menutup mata
Kasihku untukmu tak akan sirna oleh waktu
Belum terlambat kan, Bu?
Selamat Hari Ibu….
—
Bogor, 21 Desember 2011
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: