dakwatuna.com
Detik lampau di hari itu
Gelegar iman nan suci merayap sayup kedinginan
LensaMu membidik “bayi-bayi” tengah mengucap janji
Tentang sebuah misi, menuju cahaya Illahi
Berharap tak sekedar klise
Ini bukan tamasya bukan pula sandiwara belaka
Jeritan hatimu menggetarkan makhluk-makhluk tak bernurani
Mereka
Makhluk “bergengsi” tingkat tinggi
Terbuai mimpi oleh keindahan duniawi
Apakah kau yakin tak kan pernah mati?!
Sungguh intuisimu tak ada arti
Kau kurung dirimu di balik jeruji besi,
Penjara duniawi…
Dengan bangga kau berkoar bersahabat dengan kongsi-kongsi syaitan
Idealismemu nyata-nyata busuk tak berbentuk!
Persis idealisme iblis laknatullah
Mencegah kebaikan menebar keburukan
Nuranimu bahkan tak mampu berdenyut kembali
Kau terkekeh melihat jihad kami?
Kami menangis melihat tingkahmu, saudaraku
Mari beriringan
Mari bergandengan
Aku tak ingin tak berarti
Bagai mayat-mayat berdiri, tak berfungsi mengusik hati
Aku malu! Aku takut! Pada janji-janji suci
Pada Sang Pemilik Arsy
Bisikan kabut lembah merona mengirim senyuman dariNya
Dia di sana menerawang
Tampak dalam layarNya
Rabbi nafasMu pelita jiwaku;
Menggema! Menggelegar! Memecah tembok-tembok keangkuhan
Menelan serpihan-serpihan kefuturan
Menjelma menjadi tunas-tunas baru
Menghembuskan aroma maha dahsyat
Mengalir di setiap irisan nadi
Mengiris kepingan-kepingan urat iman dalam diri
Nyatanya kami pun akan mati
Tertunduk, menyembah pada lutut perkasaMu
Ku lepas perlahan, sesuatu dari pundakku
tanganMu mengayuh menghampiri, lalu tersenyum
menyegarkan jasad tak bernyawa
hidup kembali
harap asaku tak kan pernah luntur
ku bungkus dalam buntalan-buntalan syukur
Konten ini telah dimodifikasi pada 27/11/11 | 22:48 22:48