dakwatuna.com
Wahai Kau Dzat Sang Pemilik jiwa-jiwa nan damai
Membekas di benakku
Atas pinta suci-Mu dulu
Ku Iya kan seruan-Mu
Begitu agung menggema di sudut-sudut negeri
Saat jiwa damaiku memuncak
Membuncah jeritku meratapi Fana ini
Penuh dosa dan angkara murka
Kau ajak aku pada hamparan samudera biru tak bertepi
Diajarinya aku menyelam
Kau bilang “ini duniamu nak”
Lalu Kau lanjutkan pesanmu
“mutiara-mutiara berserakan adalah bekalmu nak…”
Ku lempar raga tanpa derita
Di dalam sana begitu indah…
Ku cari mutiara berkilau
Palung-palung terjal ku selami
Tapi…
Di persimpangan jalan, ikan-ikan cantik menyapaku
Tergoda aku pada sebuah distorsi…
Sedang mutiara-Mu menanti di alam sana
Ku terperanjat, memanas ulu hati
Aku lalai…
Merinduku pada peraduan-Mu
Kau sambut aku tanpa delesi…
Ku lari mengintip palung
Menjemput mutiara
Tiba-tiba…
Terumbu-terumbu karang begitu teduh
Menyentuh tanpa keluh..
Namun jiwaku kembali lusuh
Akhirnya ku sadar dia musuh
Kemudian ku bunuh
Dan mulai kembali mengayuh
Tersentak aku pada kilauan yang ku cari
“mutiara-Mu” bercahaya
Menembus dinding-dinding kenistaan
Ku raup bekal yang Kau beri
Ku kembali pada-Mu
Tapi mengapa? Wahai Sang Raja Adil
Kau tersenyum…
Ku intip wadah-wadah mutiara cinta-Mu
Kosong!
Tanpa bekal, tak ada mutiara!
Ia berceceran,
Bertebaran,
Berhamburan!
Karena ku gila keindahan di tengah jalan,
Sesalku menggunung menindihku..
Rabbi gilas dosa-dosaku
Kan ku ais kembali mutiara-Mu
Kan ku cukupkan bekalku
Dengan cinta-Mu
Agar jiwaku sejahtera di alam sana
Konten ini telah dimodifikasi pada 30/10/11 | 22:33 22:33