dakwatuna.com – Gelarnya adalah Ummu Sahba’. la merupakan salah satu dari para Tabi’in yang ikut meriwayatkan hadits Nabi. la adalah istri dari Shilah bin Asyim, seorang tabi’in yang konon juga merupakan seorang sahabat Nabi. Abu Nairn setelah memuji Shilah bin Asyim dalam kitabnya yang berjudul Huliyah Auliaya’ mengatakan bahwa Shilah bin Asyim mempunyai seorang istri yang bernama Muadzah Al-Adawiyyah. la seorang wanita yang tepercaya, argumentatif, pandai dan sekaligus senantiasa melakukan ibadah.”
la pernah berkata: “Aku telah menjalani kehidupan di dunia ini selama 70 tahun. Selama itu pula aku tak pernah melihat sesuatu yang bisa menggembirakan hati dan mataku.”
Di saat Syilah sedang terjun dalam sebuah peperangan bersama anak laki-lakinya, ia berkata “dimana anakku?” Setelah mendapatkan anaknya, ia langsung merangsak maju berperang dengan membawa anaknya, sehingga ia pun harus gugur di medan laga. Melihat musibah yang sedang dialami oleh Muadzah lantaran kematian suaminya, para wanita-wanita berkumpul pada sebuah tempat dan kemudian beranjak untuk mengunjungi Muadzah. Muadzah berkata kepada mereka ” selamat datang, apabila kalian semua datang untuk menenangkanku, maka aku menerima kehadiran kalian. Dan apabila bukan karena itu, maka kembalilah.”
la sangat tekun melakukan shalat malam. Dan ini sangat terkenal sekali di kalangan umat Islam waktu itu. Ia senantiasa melakukan shalat malam sampai menjelang masa sahur. Berkatalah Az-Zhahabi kepada Muadzah: “aku telah mendengar kabar bahwa engkau senantiasa melakukan ibadah malam”, maka menjawablah Muadzah “aku sungguh merasa heran dengan mata yang senantiasa tertidur. Bagaimana tidak, di kuburan nanti mata kita akan senantiasa tertidur dan tak akan pernah bisa melakukan ibadah lagi.”
la pernah berkata: “demi Allah, aku tak mencintai kehidupan ini kecuali karena ingin berdekatan dengan-Mu. Semoga dengan kedekatanku kepada-Mu ini, Engkau mau mengumpulkan aku kembali dengan suami dan anakku dalam surga.” la sangat mencintai suaminya. la setelah ditinggal mati oleh suaminya tak pernah lagi tidur di atas ranjang. la senantiasa tidur di atas lantai, dengan harapan bisa bertemu kembali dengan suaminya dalam mimpi. la meninggal dunia pada tahun 83 Hijriyah.
— Bersambung
(hdn)
Konten ini telah dimodifikasi pada 15/05/11 | 18:30 18:30