Di wilayah dataran tinggi ini berkembang sejumlah kota-kota penting Palestina seperti al Quds (Jerusalem), Nablus, el Khalil (Hebron), Bethlehem dan Ramallah. Meskipun wilayah-wilayah ini terbuka, namun sejak ribuan tahun tetap menjadi markas penduduk yang bercirikan pedesaan. Sebagian besar wilayahnya tanah subur bagus untuk pertanian. Para petani Palestina memanfaatkannya untuk memproduksi kacang-kacangan, sayuran, pertanian zaitun, chrom, perkebunan buah badam dan di tambah lagi padang gembala ternak.
Sedang bukit Nagev, yang luasnya mencapai 10 ribu kilometer persegi, merupakan wilayah padang pasir yang sedikit sekalai memiliki potensi alam, kecuali daerah pinggiran utara. Selebihnya tidak pernah mendapatkan curah hujan kecuali 50 mm atau lebih kecil dari itu. Merupakan wilayah Palestina yang paling sedikit penduduknya.
Adapun wilayah dataran rendah (galur) Yordan, luasnya membentang 460 kilometer dari kaki gunung Syaikh (sebelah utara) sampai teluk Aqabah (sebelah selatan), membentang sepanjang garis perbatasan Palestina – Yordania, di bagian utara dilewati sungai Yordan kemudian masuk danai Thabriya kemudia keluar dan bermuara di laut Mati yang kedalamannya kurang dari 395 meter di bawah permukaan laut. Laut Mati sendiri luasnya 940 kilometer persegi, airnya sangat asin bila dibandingkan dengan danau atau laut-laut yang ada di dunia ini, tak satupun ada kehidupan laut di dalamnya.
Lembah Yordan dan Laut Mati merupakan wilayah yang paling rendah dari permukaan air laut dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Kekhasan wilayah ini adalah panas yang tinggi sepanjang tahun. Penduduknya bertani kurma, pisang dan sayuran. Di wilayah ini terdapat kota tertua dalam sejarah Palestina, yaitu kota Jericho (Ariha), yang sudah berkembang pada tahun 8000 SM. Ke arah selatan dari Laut Mati membentang galur Yordan lebih dari 150 kilometer, yang dinamakan dengan lembah Arabah. Namun semakin ke arah selatan wilayah ini semakin bertambah tinggi, kemudian kembali menurun sampai setinggi permukaan air laut di pantai teluk Aqabah.
Iklim yang berlaku di Palestina adalah iklim Laut Tengah secara umum, yaitu panas kering di waktu musim panas dan hangat berhujan pada musim dingin (hujan). Curah hujan berkisar antara 600 – 800 mm setiap tahun di wilayah dataran tinggi el Jalil, Nablus, dan Khalil (Hebron). Di wilayah pinggiran pantai, semakin ke selatan curah hujan semakin turun, mulai dari wilayah Karmel yang bercurah hujan 800 mm pertahun sampai di Rafah yang bercurah hujan tinggal 150 mm pertahun. Sedangkan di wilayah lembah Yordan, curah hujan mencapai 200 mm pertahun, di Nagev hanya mencapai 50 mm pertahun.
Sedang tingkat derajat panas secara umum beriklim sedang. Suhu terendah paling dingin terjadi di kota al Quds (Jerusalem) pada bulan Januari sekitar 8º, dan pada bulan Agustus 25º merupakan suhu panas tertinggi di al Quds. Di wilayah pantai suhu terendah tidak kurang dari 19º dan pada bulan Agustus suhu panas tidak lebih dari 26º. Namun pada situasi paling ekstrim, pada musim dingin suhu terendah bisa mencapai 0º, terutama di wilayah dataran tinggi pegnungan, dan suhu tertinggi pada musim panas bisa mencapai 40º terutama di wilayah lembah Yordan.5
Bersambung…
___
Referensi: Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, Warsito, Lc (pent), Ardhu Filistin wa Sya’buha (Tanah Palestina dan Rakyatnya), Seri Kajian Sistematis tentang Issu Palestina (1).
___
Catatan kaki:
5 Seputar peta geografi Palestina, lihat Shalahuddin al Buhairi “Jughrafiyah Filistin“, di Al Madkhal Ila Al Qadhiyah Al Filistiniyah, editor Jawwad al Hamd, kajian berseri no 21 (Aman: markaz dirasat al syarqil awsath, 1997) hal: 15-24