dakwatuna.com – Ratusan ribu massa dari berbagai elemen masyarakat hari Ahad (27/1) memenuhi lapangan Monas, Jakarta. Massa dari berbagai elemen masyarakat, lembaga dan ormas itu terdiri dari PKS, MUI, Hizbullah Indonesia, Salimah, KISPA, KNRP, Uje Centre, At Thahiriyah, organisasi kepemudaan dan media massa. Mereka hadir untuk satu tujuan; Bebaskan Palestina. Cabut embargo atas Gaza. Terpampang tulisan besar di spanduk “Kulluna fida’ laka ya falesthin. Kita semua tumbal bagimu wahai Palestina”.
Orasi pertama disampaikan oleh Ir. Tifatul Sembiring, yang mengingatkan bangsa Indonesia untuk peduli membantu rakyat Palestina, memainkan peran dalam pencabutan embargo atas Gaza, dan mendesak pemerintah Indonesia untuk memerankan diplomasi tingkat dunia guna menstabilkan kawasan Timur Tengah, terutama Bangsa Palestina. Kepedulian ini bukan berarti mengabaikan kondisi Bangsa Indonesia yang sedang mengalami banyak musibah dan terbelit berbagai krisis. Justeru dengan peduli terhadap sesama, berbagai permasalahan dan musibah bisa terurai satu demi satu biidznillah.
Tifatul juga mendesak Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan dunia internasional pada umumnya untuk menekan Amerika dan Israil agar menghentikan blokade sehingga tidak lagi ada yang jatuh korban. Tifatul juga mendesak dilakukannya dialog antar elemen-elemen internal Palestina, terutama Fatah dan Hamas. karena perjuangan meraih kemerdekaan akan sangat sulit diraih jika tidak ada persatuan di antara komponen Bangsa Palestina.
Selanjutnya orasi disampaikan oleh Ketua MPR RI, DR. Hidayat Nurwahid, MA, yang masih dalam masa berkabung atas wafat isterinya tercinta, Ibu Kastian Indriawati (45) di Yogyakarta Selasa (22/1) lalu. Tapi kedukaan itu tidak membuat beliau surut untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dalam sambutannya, Hidayat menekankan pentingnya kepeduliaan ini, “Bangsa Indonesia harus melaksanakan amanat Pembukaan Undang-Undang, di mana disebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala Bangsa, dan oleh itu penjajahan harus dihapuskan di muka bumi”. Salah satu melaksanakan amanat undang-undang itu adalah dengan mendukung perjuangan rakyat Palestina menentang penjajahan Israil.
“Kepergian isteri saya tidak sebanding dengan kepedihan dan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Gaza yang kini diblokade oleh Zionis ‘Israel’,” tegas Hidayat yang disambut tepuk tangan dari massa yang hadir.
Aktivis perempuan dari Uje Centre juga berorasi, dengan melihat kondisi di Palestina secara langsung, ia menegaskan bahwa, kita di sini tidak hanya berteriak menghujat Amerika dan Israil, dan menuntut keadilah dunia bagi Bangsa Palestina, namun jauh dari itu adalah kepedulian yang nyata dari umat manusia untuk membantu finansial dan do’a. ia pun mengakhiri orasi dengan membaca puisi “Palestina Menangis” yang menggambarkan kehidupan pilu di Palestina, di akhir puisinya dengan lantang ia mengatakan: “Wahai Palestina… kami siap membebaskanmu”.
Setelah itu, massa berjalan menuju ke Kedutaan Besar (kedubes) Amerika di jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Di depan kedubes, Tifatul Sembiring kembali berorasi, “Hai Bush, dengarkan saya!” kata Tifatul mengawali orasinya. “Anda katakan melawan teroris. Anda katakan menegakkan HAM. Tapi apa yang terjadi di Palestina? Rakyat Paletina kalian embargo atas pilihan demokrasi mereka sendiri. Sisi lain Anda membiarkan Israil bertindak teroris. Kampanye perang terhadap teroris yang Anda kumandangkan gagal total. Untuk itu kami minta Anda segera mencabut blokade atas saudara-saudara kami di Gaza yang kehabisan bahan makanan, obat-obatan dan tidak memihak kepada Zionis,” demikian pernyataan Tifatul yang dibacanya dengan menggunakan bahasa Inggris dan disambut sorak-sorai oleh ratusan ribu massa yang tetap setia mengikuti acara longmarch ini, tanpa kenal lelah walaupun di antara peserta aksi ada yang membawa anak-anak dan balita.
Perwakilan dari Tionghoa turut berorasi, Mister Jimmy sangat mendukung perjuangan membebaskan Palestina, apapun latar belakang agama dan bangsa. Ia pun menyatakan sangat salut dengan kepedulian masyarakat Indonesia, terutama kader PKS yang dengan bergotong royong membantu saudara-saudaranya di Palestina dengan mengumpulkan dana “one man one dollar”.
Aktivis perempuan At Thahiriyah menegaskan bahwa darah yang mengalir di Palestina menjadikan umat manusia, lebih khusus umat muslim bersatu, tanpa memandang beragam latar belakang mereka. Sedangkan Yoyoh Yusroh, anggota DPR-RI mendukung dan memuji Pemerintah Mesir yang membuka pintu perbatasan Rafah, sehingga rakyat Gaza bisa leluasa belanja memenuhi kebutuhan hidupnya di Mesir.
Beliau juga menyerukan agar umat Islam melaksanakan qunut nazilah di setiap sholat yang mereka laksanakan, sebagaimana diserukan oleh Ulama Besar Dr. Yusuf al Qaradlawi.
Ferri Nur, Sekjen KISPA kembali menegaskan peran da’i, muballigh dan khatib untuk mengangkat tema ceramah dan khutbahnya tentang sejarah Palestina, Al Quds, Al Aqhsa dan kondisi terkini yang dialaminya. Sehingga umat Islam tidak melupakan saudara-saudaranya di sana.
Acara ditutup dengan pementasan treatikal. Sebuah kotak segi empat besar tertup kain hitam diangkat rame-rame ke atas mobil trailer dan seketika ditarik kain penutupnya yang menjadikan gambar bendera Yahudi yang ada di satu sisi hancur. Yang tersisa adalah sisi-sisi kotak yang bertuliskan “Save Palestina” dengan bendera Palestina berukuran besar.
Konten ini telah dimodifikasi pada 20/02/08 | 07:12 07:12